MAKALAH SEJARAH
DAMPAK PENJAJAHAN BARAT DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELAS :XI IPS
SMA NEGERI 1 SANGGAU LEDO
TAHUN AJARAN 2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat tuhan
yang maha esa atas karunianya kami
akhirnya mampu menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul DAMPAK
PENJAJAHAN BARAT DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA .dalam menyusun makalah ini ,ada sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami ,namun berkat dukungan ,dorongan ,dan
semangat dari guru pembimbing sehingga kami mampu menyelesaikanya .
Oleh
karena itu kami pada kesempatan ini
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada ibu dan ayah .atas semua doa dan
bantuan finansial untuk
menyelesaikan makalah ini .dan guru yang
mengajar pelajaran seni budaya .semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua sebagai bahan pembelajaran
sehingga kita akan lebih
mudah mempelajari dan memahaminya ,kurang lebihnya kami minta
maaf.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB PEMBAHASAN
Dampak penjajahan barat dalam
kehidupan bangsa indonesia
v Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Politik
v Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Ekonomi
v Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Sosial
v Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Kebudayaan
v
Kedudukan dan kehidupan
wanita masa kolonial
BAB
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar
pustaka
BAB
Pembahasan
Dampak Penjajahan barat
dalam kehiduan bangsa indonesia
Ketika
bangsa Belanda berkuasa di Indonesia, sejak berdirinya VOC tahun 1602, kondisi
bangsa Indonesia yang berkaitan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, persatuan
dan kesatuan, serta jiwa nasionalisme masih relatif rendah. Fenomena tersebut
ditandai dengan mudahnya bangsa Indonesia untuk dihasut dan diadu domba antar
rakyat Indonesia sendiri. Contoh: suatu pertikaian antarkerajaan akibat dihasut
oleh kolonial Belanda hingga timbul perselisihan, perang saudara, pecahnya
persatuan, dan pada akhirnya dapat dikuasai atau dijajah Belanda.
Kekuasaan
kolonial Belanda atas bangsa Indonesia yang berlangsung sangat lama telah
membawa akibat buruk bagi rakyat Indonesia di berbagai segi kehidupan, seperti
di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan.
A.
Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Politik
Sistem
politk Adu Domba (Devide et Impera) yang digunakan pemerintah kolonial
Belanda mampu memperlemah, memperdaya bangsa Indonesia, dan bahkan dapat menghapus
kekuasaan pribumi. Beberapa kerajaan besar yang berkuasa di berbagai daerah di
Indonesia satu demi satu dapat dikuasai oleh Belanda.
Kedudukan
para bupati dianggap sebagai pegawai negeri yang digaji oleh pemerintah
kolonial Belanda. Kewibawaan para bupati telah jatuh di mata rakyat Indonesia,
bahkan jabatan para bupati dimanfaatkan untuk menekan dan memeras rakyat
Indonesia. Perilaku para penguasa pribumi selalu diawasi secara ketat sehingga
mereka sulit untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, rakyat Indonesia saat itu tidak memiliki pemimpin
yang dapat diharapkan untuk menyalurkan aspirasi dan justru kehidupan
berpolitik menjadi buntu.
B.
Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Ekonomi
Penderitaan
akibat politik pemerasan yang dilakukan kolonial Belanda terhadap rakyat
Indonesia telah mencapai puncaknya pada masa pelaksanaan sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel)
dan sistem Ekonomi Liberal (Politik Pintu Terbuka).
Keuntungan
dari pelaksanaan sistem Tanam Paksa dan Politik Pintu Terbuka tersebut tidak
ada satu pun yang digunakan untuk kepentingan Indonesia, namun digunakan
Belanda untuk membangun negerinya di Eropa dan untuk membayar utang luar negeri
pemerintah kolonial Belanda. Dengan demikian, kehidupan ekonomi rakyat
Indonesia pada zaman penjajahan Belanda sungguh memprihatinkan sehingga banyak
rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan mati kelaparan.
Perkembangan
ekonomi pada masyarakat kolonial sangat
besar pengaruhnya terhadap kegiatan-kegiatan
berikut:
- Perdagangan
Kegiatan
perdagangan pada masa pemerintah kolonil
belanda dikuasi oleh penguasa swasta asing .masyarakat pada waktu itu tidak
memiliki kesempatan untuk memperdagangkan hasil buminya .hal tersebut terjadi
karena hasil bumi mereka terpaksa harus
dijual pada para pedagang asing yang
mendapat perlindungan dari pemerintah.
- Pertanian dan perikanan
Sebelum
kedatangan bangsa barat ,bangsa
indonesia telah mengenal sistem
pertanian dan perikanan .pada masa kolonial banyak masyarakat indonesia yang
bergerak di bidang pertanian dan perikanan .namun ,mereka tidak menikmati
hasilnya sendiri karena di rampas oleh pemerintah kolonial belanda ,dan para petani dipaksa untuk menjualnya pada pedagang swasta
asing.
- Infrastruktur
Untuk
menunjang kelancaran pengangkutan hasil-hasil perusahaan perkebunan dari daerah
pedalaman ke daerah pantai atau pelabuhan ,pemerinah kolonial belanda membangun infrastruktur seperti irigrasi ,jalan raya
,jembatan ,dan jalan rel kereta api .pembangunan
jalan ,jembatan dan rel kereta api tersebut dilakukan dengan enggerakan tenaga rakyat secara paksa
(kerja rodi ).adanya penggerahan kerja
rodi tersebut membawa penderitaan bagi masyarakat indonesia.
- Taraf hidup masyarakat indonesia
Sejak
bangsa barat datang keindonesia ,indonesia selalu dijadikan tempat pemerasan
oleh bangsa barat.walapun silih bergantisistem pemerintahan (dari VOC
,pemerintahan kerajaan belanda ,ingris,dan kembali pada pemerintahan koloniel
belanda )bangsa indonesia tetap menderita
dan sengsara.selama bangsa indonesia berada dibawah kekuasaan bangsa
barat ,maka selama itu pula taraf kehidupan bangsa indonesia di bawa garis
kemiskinan dan hidup menderita
.penderitaan hidup yang dialami bangsa
indonesia ini lah yang menjadi pendorong semangat perjuang da pergerakan bangsa indonesia menentang penjajah.
C.
Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Sosial
Kehidupan
sosial yang dialami oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan Belanda antara
lain diskriminasi ras dan intimidasi yang diterapkan pemerintah kolonial
Belanda. Diksriminasi dan intimidasi itu didasarkan pada golongan dalam
kehidupan masyarakat dan suku bangsa. Penduduk berkulit putih dan kolonial
Belanda termasuk ke dalam golongan dengan status sosial yang lebih tinggi dan
memiliki hak-hak istimewa, sedangkan rakyat pribumi termasuk ke dalam golongan
rendah yang lebih banyak dibebani oleh kewajiban-kewajiban dan tidak diberikan
hak sebagai layaknya warga negara yang dilindungi oleh hukum.
Kemudian, tidak semua anak pribumi memiliki
kesempatan untuk memperoleh pendidikan seperti yang diperoleh anak-anak
kolonial Belanda. Demikian pula, dalam lingkungan pemerintahan, tidak semua
jabatan tersedia untuk orang-orang pribumi. Dengan demikian, adanya
diskriminasi ras dan segala bentuk intimidasi, baik secara langsung maupun
tidak langsung telah menimbulkan kesenjangan antara orang-orang Belanda dan
rakyat pribumi.
D.
Kehidupan
Bangsa Indonesia di Bidang Kebudayaan
Kebudayaan
barat (Eropa) yang dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Belanda mulai dikenal
bangsa Indonesia sejak abad ke-15. Budaya-budaya barat tersebut diterapkan ke
dalam lingkungan kehidupan tradisional rakyat Indonesia, seperti cara bergaul,
gaya hidup, cara berpakaian, bahasa, dan sistem pendidikan.
Tidak semua budaya barat yang masuk
ke Indonesia dapat diterima oleh rakyat Indonesia, karena adanya tata cara yang
berlawanan dengan nilai budaya bangsa Indonesia yang telah diwariskan secara
turun-temurun. Contoh budaya barat yang berlawanan dengan nilai luhur antara
lain mabuk-mabukan, pergaulan bebas, pemerasan, dan penindasan.
(kependudukan),
berdasarkan sensus Raffles (buku History of Java tulisan Raffles) bahwa
pada tahun 1815 jumlah pendudukan Jawa mencapai 4,5 juta jiwa. Dari jumlah
tersebut lebih dari 1,5 hidup di daerah kerajaan dan kirakira 3 juta ada
di daerah yang langsung diperintah oleh pemerintah kolonial.
Sejak
akhir abad ke-19 telah terjadi mobilitas dalam masyarakat, baik
secara geografis maupun sosiologis. Dalam pengertian geografis bahwa
perpindahan tempat tinggal dan kerja makin lama makin sering dilakukan.
Transmigrasi, migrasi intern, dan urbanisasi menunjukkan adanya keinginan
untuk keluar dari lingkungan hidup yang lama. Hal itu karena pengaruh
penetrasi ekonomi asing dan kerapatan penduduk, mobilitas dalam kerja
terjadi pula. Sebagian dari masyarakat tani beralih kerja menjadi
pedagang, meskipun secara kecil-kecilan.
Demikian
juga jenis pekerjaan tukang dan pelayanan lainnya bertambah banyak
pula. Peralihan kerja dan perpindahan ke tempat lain, ada yang membawa
dampak ke kehidupan sosial. Orang yang pindah ke kota dan mendapat
pekerjaan yang baik, akan naik harganya di mata masyarakat. Demikian pula
jika seseorang sukses dalam usahanya. Dengan demikian terjadilah semacam
mobilitas sosial vertikal.
Dalam
perkembangannya, pada tahun 1900 penduduk Jawa telah mencapai hampir 28,5
juta jiwa. Perkembangan penduduk di Jawa pada abad ke-19 dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain terjadinya peningkatan hidup dari penduduk
pribumi,meluasnya pelayanan kesehatan ( introduksi vaksinasi cacar), dan
perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
F. Kedudukan
dan kehidupan wanita masa kolonial
Sebelum
kedatangan bangsa Barat ke Indonesia, kaum wanita Indonesia dibelenggu
dengan aturan-aturan tradisi dan adat yang cenderung membatasi peran mereka
dalam kehidupan masyarakat. Kaum perempuan Indonesia lebih banyak hanya
berperan sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pelayan suami di rumah.
Perempuan
pada waktu itu tidak mendapatkan hak untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan
yang mereka peroleh hanya terbatas pada usaha untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi seorang ibu. Kaum perempuan Indonesia juga tidak memiliki kebebasan
untuk menentukan masa depannya sendiri.
Kedatangan
bangsa Barat dengan kebudayaannya, sedikit banyak membuka mata beberapa
kalangan di Indonesia, terutama kaum priyayi terpelajar untuk melakukan
modernisasi. Kualitas dan gaya hidup kaum Barat, termasuk kaum wanita yang
menjunjung tinggi kebebasan terlihat begitu kontras dengan kualitas dan gaya
hidup pribumi yang begitu terikat akan trafisi dan adat. Hal ini menyadarkan
kaum terpelajar akan keterbelakangan dan kekolotan masyarakat dan kaum
perempuan di Indonesia.
Pergerakan
emansipasi wanita dipelopori oleh R.A. Kartini, Dewi Sartika dan Maria Walanda
Maramis. Pergerakan emansipasi wanita pada intinya ingin mencapai persamaan
derajat antara pria dan wanita. Dengan dibukanya sekolah model Barat dan adanya
kesempatan bagi warga pribumi untuk sekolah, menimbulkan aspirasi-aspirasi
untuk mengadakan inovasi dan modernisasi.
Ada
dua jenis gerakan perempuan pada masa-masa awal abad XX, yaitu organisasi lokal
kedaerahan dan organisasi keagamaan. Putri Mahardika merupakan
organisasi keputrian tertua yang merupakan bagian dari Budi
Utomo.
Organisasi Putri
Mahardika dibentuk pada tahun 1912. Tujuannya adalah memberikan
bantuan, bimbingan, dan penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran
dan menyatakan pendapat di muka umum
Untuk memperbaiki hidup
perempuan, Putri Mahardika memberikan beasiswa dan menerbitkan majalah bulanan.
Adapun tokoh-tokohnya yaitu : R.A. Sabarudin, R.A. Sutinah Joyopranoto, Rr.
Rukmini dan Sadikin Tondokusumo.
Setelah
Putri Mahardika, maka lahirlah berbagai organisasi perempuan lain, baik yang
dibentuk sendiri oleh kaum wanita maupun organisasi yang beranggotakan kaum
pria.
Organisasi tersebut
antara lain :
1. Pawiyatan Wanita di
Malang tahun 1915.
2. Pencintaan Ibu
Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917.
3. Purborini di Tegal
tahun 1917.
4. Aisyah di Jogjakarta
tahun 1918.
5. Perempuan Susilo di
Pemalang tahun 1918.
BAB
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
apa yang telah dipaparkan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pergerakan nasional Indonesia muncul akibat kesatuan nasib yang ingin
merdeka dan penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan Belanda.
2.
Organisasi-organisasi pergerakan nasional muncul karena keinginan untuk
memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia.
3.
Kemerdekaan yang dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan para
tokoh ataupun organisasi-orgnisasi yang meluangkan semua pikiran dan tenaganya
demi sebuah kemerdekaan Indonesia.
Daftar
pustaka
0 komentar:
Posting Komentar